Sukses

Meski Tak Derita Kanker, Banyak Wanita Ingin Mastektomi

Dokter mengkhawatirkan banyak wanita yang mastektomi ganda karena efek Angelina Jolie.

Liputan6.com, London Langkah Angelina Jolie yang melakukan mastektomi ganda karena berisiko kanker payudara memberi dampak besar bagi sejumlah wanita. Namun, dokter khawatir dengan efek berlanjut yang dilakukan para wanita.

Sejumlah perempuan dengan kanker payudara meminta mengangkat kedua payudaranya (mastektomi) meskipun tidak ada alasan medis yang jelas. Bahkan sebagian besar dari mereka yang minta dioperasi tak memiliki riwayat genetik atau keluarga dengan risiko tinggi.

Kesannya akhirnya memang tampak berlebihan apalagi pengobatan yang tidak tepat justru bisa menyebabkan kerusakan jangka panjang, termasuk keterlambatan dalam penanganan kanker.

Peningkatan jumlah perempuan yang meminta operasi itu terjadi setelah aktris seksi Angelina Jolie memilih mastektomi ganda untuk mencegah tumbuhnya sel kanker yang bermutasi di dalam tubuhnya dan bisa memicu kanker payudara hingga 87 persen.

Sebuah penelitian terbaru bahkan menemukan, dua pertiga perempuan yang dioperasi payudaranya setelah didiagnosa ternyata tak memiliki alasan medis untuk melakukannya. Para perempuan tersebut berisiko sangat rendah menderita kanker payudara apalagi mereka tak memiliki riwayat keluarga dengan kanker payudara atau ovarium atau mutasi gen BRCA1 atau BRCA 2.

Penelitian yang dilakukan ilmuwan Amerika Serikat ini menyebutkan bahwa para dokter bedah di Inggris menemukan fenomena meningkatnya permintaan operasi terutama pada pasien muda.

Pada penelitian itu, sebanyak 1.447 perempuan dirawat karena kanker payudara dan hampir 8 persen menjalani mastektomi ganda. Tapi, 69 persen wanita yang menjalani pengangkatan payudara sebenarnya tak menderita memiliki faktor risiko genetik.

"Mengangkat payudara yang tak terkena (kanker) tak akan mengurangi risiko kekambuhan pada payudara yang terkena," kata Pemimpin Penelitian Dr Sarah Hawley seperti dilansir MailOnline, Kamis (22/5/2014).

Ahli Bedah Profesor Kefah Mokbel mengatakan, dalam 10 tahun terakhir telah terjadi peningkatan permintaan mastektomi ganda dan rekonstruksi pada wanita muda yang didiagnosa kanker pada salah satu payudaranya.

"Mereka ingin meminimalkan risiko. Namun penelitian menunjukkan bahwa wanita yang tak memiliki kecenderungan genetik atau riwayat keluarga terkesan berlebihan bila memaksa melakukan operasi mastektomi," kata Profesor Mokbel.

Ia memperingatkan prosedur tersebut bisa berisiko komplikasi seperti potensi masalah psikoseksual. Kemungkinan keterlambatan pengobatan medis pada payudara yang terkena yang bisa mengurangi kemungkinan bertahan hidup juga bisa terjadi.

Untuk itu, sebelum mempertimbangkan mengangkat kedua payudara harus melakukan pengujian genetik.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.