Sukses

5 Tips Ajari Anak Hindari Predator Seksual

Sebagai orangtua Anda bisa mengajarkan anak Anda menandai predator seksual.

Liputan6.com, Jakarta Orangtua tidak selamanya bisa mengawasi anak saat 'predator seksual' (istilah yang dipakai untuk menyebut para pelaku pencabulan anak) senantiasa mengamati dan menanti waktu yang tepat untuk beraksi. Tapi, sebagai orangtua Anda bisa mengajarkan anak menandai mana yang 'predator' dan mana yang bukan.

Berikut tips sederhana yang dapat Anda ajarkan pada anak seperti disampaikan Psikolog Nunki Suwardi yang juga merupakan Pendiri Pusat Studi & Aplikasi Psikologi Komunikasi Bawah Sadar pada Tim Health Liputan6.com, Senin (28/4/2014):

1. Pelaku kerap mengamati aktivitas targetnya saat anak-anak beraktivitas atau bermain

Hindari risiko mengundang pelaku dengan meminta anak mengenakan pakaian yang sopan. "Jangan gunakan busana yang ketat, pendek, dan tipis. Jika baju anak basah karena keringat saat olah raga atau terkena hujan, segera minta ia menggantinya," kata Nunki.

Baju yang basah membuat lekuk tubuh anak terlihat nyata dan membangkitkan syahwat pemangsa. Jika anak Anda perempuan, kenakan celana rok di bagian dalam gaun sehingga aman saat gaunnya tersingkap ketika berlari atau bermain.

2. Ajarkan anak menandai sentuhan yang normal dan tidak normal serta bagian mana dari tubuhnya yang boleh disentuh dan tidak

Bagian genitalia hanya boleh disentuh oleh dirinya dan petugas medis seperti dokter dengan pendampingan orangtua. Praktikkan agar anak Anda tahu. Bagi anak yang masih kecil dan membutuhkan bantuan orang lain untuk membersihkan dirinya, beritahu bahwa saat orang lain membantu membersihkan dirinya di kamar mandi, pintu harus dalam keadaan sedikit terbuka, tidak boleh terkunci. Tujuannya jika orang yang membantunya melakukan hal yang membahayakan dirinya anak bisa berteriak dan lari.

3. Kadang pelaku juga mengajak anak bermain, yang kalah membuka atau menyingkap bajunya

Beritahu anak bahwa tak ada yang boleh menyingkap bajunya dan ia tak diiZinkan memperlihatkan genitalianya pada siapa pun dengan alasan apa pun. "Waspada, pedofil sangat kreatif mencari mangsanya."

Bulan lalu terungkap kasus di mana seorang mengaku dokter bisa mengecek kesehatan alat vital anak-anak dengan syarat anak mengirimkan pose telanjang dan alat vitalnya lewat foto atau webcam. Ratusan foto berhasil dikumpulkan oleh dokter gadungan pedofil.

4. Ajarkan anatomi genitalia

Gunakan istilah medis untuk menyebut bagian-bagian tubuh anak. Sebutkan penis bukan burung atau titit bagi anak laki-laki. "Tujuannya agar anak dapat menginformasikan dengan jelas pada orangtua dan petugas jika ia dilukai."

5. Tidak berbicara pada orang asing tak dikenal terutama saat anak seorang diri dan berada di tempat asing tak dikenalnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Perilaku Predator Seksual

 

Selain itu, orangtua bisa mengajarkan anak menandai predator seksual dari memperhatikan perilakunya:

a. Waspadai orang yang baru dikenal menyapa anak dengan nada sangat ramah, sok kenal dan sok dekat. Kadang predator pura-pura mengaku salah satu kerabat atau kenalan orangtuanya.

b.  Waspadai orang yang tiba-tiba menawarkan bantuan, uang atau mengajak pergi ke suatu tempat dengan iming2..

c.  Berdusta

Contoh termudah bahwa ada yang disembunyikan. Misalnya pelaku mengatakan tak punya HP tapi terdengar dering HP di sakunya. Jangan buang waktu, minta anak segera lari dari orang yang ketahuan berdusta.

d. Menghadang jalan anak atau mencengkeram properti anak misalnya sepeda yang dibawa anak. Ini ciri khas predator seksual agar anak tak bisa lari menghindar.

e. Seseorang yang selalu mengawasi dan memperhatikan anak dengan sorot mata tajam atau tatapan mata aneh. Jika ketahuan mengawasi, orang ini langsung membuang mata dan pura-pura sibuk dengan kegiatannya. Anak harus melaporkan pada orang tua atau guru, orang yang mengawasi mereka.

f.  Orang tak dikenal atau baru dikenal namun sudah berupaya mendekati, menyentuh, membelai, atau mencium anak.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini