Sukses

Kenali Tanda-tanda Anak Pernah Jadi Korban Predator Seksual

Korban yang mengalami serangan seksual secara mendadak atau di luar kehendaknya menunjukkan bahasa tubuh yang jauh lebih jelas.

Liputan6.com, Jakarta Orangtua harus benar-benar peka jika melihat sinyal yang tak biasanya dari anaknya. Namun, tak semua korban predator seksual bakal menunjukkan tanda-tanda yang mudah dikenali. Terutama apabila si predator melakukan pendekatan secara persuasif dan meyakinkan korban apa yang terjadi antara pelaku dan korban merupakan wajar.

"Satu-satunya cara mendeteksi apa yang terjadi yaitu orangtua harus terus menerus menanyakan adakah orang yang pernah menyentuhnya dan menjelaskan bahwa yang berhak menyentuh area genitalnya hanya dirinya sendiri dan dokter jika dibutuhkan untuk tujuan pemeriksaan," kata Psikolog Nunki Suwardi yang juga merupakan Pendiri Pusat Studi & Aplikasi Psikologi Komunikasi Bawah Sadar dalam tulisan yang dikirimkan ke Tim Health Liputan6.com, Senin (28/4/2014).
 
Menurut Nunki, korban yang mengalami serangan seksual secara mendadak atau di luar kehendaknya menunjukkan bahasa tubuh yang jauh lebih jelas. Refleks kecemasan (startle reflex) sebagai respons akibat serangan mendadak tak terduga dan tak dikehendaki yang membuat fisik, jiwa dan emosional korban terancam. Itu semua disampaikanFrederick Anderman dan Eva Andermann di bukunya Movement Disorders in Neurology and Neuropsychiatri 1992.

Berikut gerakan berlebihan tak wajar yang bisa ditunjukkan oleh korban predator seksual:

1. Kedua bahu terangkat sehingga menutupi leher
2. Kepala tertunduk ke dalam
3. Kedua tangan dan kedua kaki menyimpul erat
4. Lutut tertekuk ke dalam
5. Tubuh menekuk
6. Mata berkedip kedip
7. Wajah pucat pasi

Secara fisik dapat ditandai dengan :

1. Mengeluh kesulitan atau kesakitan saat BAB dan BAK
2. Sakit jika memakai celana dalam
3. Cara jalan yang tak wajar, agak mengangkang
4. Ditemukan bekas bercak darah atau cairan di celana dalam anak
5. Rasa panas dan nyeri di area genital dan terasa sakit jika disentuh
6. Kemungkinan ditemukan bagian pakaian yang robek atau kancing yang lepas karena ditarik paksa

David Givens seorang peneliti bahasa tubuh terkait tindak kejahatan menambahkan bahwa serangan mendadak biasanya juga ditandai adanya memar di bagian tubuh atau gigi yang cedera atau tanggal saat pelaku menyergap dan memaksa korban merapat di dinding dan korban melawan.

"Joe Navarro seorang agen FBI spesialis komunikasi non-verbal memberi tahu, cekalan dan cengkeraman erat tangan pelaku sehingga kuku menembus ke kulit pada lengan anak untuk mencegah anak meronta biasanya meninggalkan bekas di lengan bagian dalam. Kapan pun orangtua menemui memar di bagian dalam lengan anak, jangan pernah percaya bahwa itu akibat terjatuh. Luka karena jatuh seharusnya menimbulkan memar di bagian sisi luar lengan anak bukan di bagian dalam," ujarnya.

Nunki juga mengingatkan, Anda juga melihat bahwa saat pelaku berjalan menghampiri mantan korbannya, secara refleks anak menjauhkan bagian depan tubuhnya atau menekuk tubuhnya diikuti kedua bahu menaik. Ini adalah gerak refleks yang tersimpan di sistim limbik di otak untuk menjaga tubuh dari serangan berikutnya dari orang-orang yang punya riwayat menyerang anak.

Anak-anak yang takut menceritakan peristiwa tersebut, berpeluang besar bagi pelaku untuk melancarkan aksi berikutnya. Jika pelaku melancarkan serangan berulangkali pada anak, maka perilaku anak yang semula ceria akan berubah murung. Anak yang semula mandiri akan berubah menjadi penuntut, cengeng, tergantung dan melekat terutama pada ibunya (clinging response), ketakutan tak mau ditinggal dan selalu membuntuti.

Anak berubah pendiam, takut bertemu orang dan mengurung diri di kamar. Anak yang semula tidak mengompol menjadi mengompol baik di malam hari maupun saat di sekolahnya. Sulit tidur dan bermimpi buruk diikuti mengigau. Mengisap ibu jari.

"Saat orangtua bertanya adakah yang menyentuh atau menyakitinya, anak menunjukkan ekspresi ketakutan, cemas dan takut bicara. Saat tanda-tanda ini muncul, Anda sebagai orangtua harus waspada. Anak harus diyakinkan dan diberi dukungan bahwa tak ada orang yang dapat menyakitinya dan ibu bapaknya akan melindungi dirinya dari siapa pun yang akan menyakitinya," kata Nunki.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.