Sukses

Benarkah Ada Mantan Guru JIS yang Predator Seks Anak?

Pria bernama William James Vahey, terdakwa kasus tindak asusila terhadap banyak anak laki-laki, dikabarkan pernah menjadi guru di JIS

Liputan6.com, New York Nama Jakarta Internationa School (JIS) sering disebut-sebut sejak adanya kasus dugaan pelecehan seksual yang dialami bocah A, siswa TK JIS. Bahkan kasus ini membongkar bahwa TK JIS belum berizin. Kabar terbaru yang cukup mengejutkan, seorang pria bernama William James Vahey yang menjadi terdakwa kasus tindak asusila terhadap banyak anak laki-laki dikabarkan pernah menjadi guru di JIS yang terletak di kawasan elit Pondok Indah, Jakarta Selatan. Benarkah?

Kabar ini muncul setelah William ditemukan tewas bunuh diri di Luverne, Minnesota, bulan lalu, dua hari setelah seorang hakim federal di Houston menemukan bukti berupa foto yang menunjukkan adanya tindak kekerasan seksual terhadap anak-anak.

Dilansir laman CNN, Rabu (23/4/2014), saat ini FBI telah memegang 90 gambar anak yang diduga menjadi korban tindak kekerasan seksual yang dilakukan William. Maka itu, FBI menyebut William sebagai predator seks anak paling produktif yang ada di dunia.

"Ini adalah salah satu dugaan predator yang paling produktif yang pernah kami temui," kata Shauna Dunlap, Spesial Agen FBI di Houston, Amerika Serikat.

Saat FBI memperlihatkan foto-foto korban ke William, pria paruh baya itu mengatakan dengan jujur bahwa dia memang melakukan itu, dan memberikan obat tidur sebelum melakukan penganiayaan tersebut.

Menurut data yang dipegang FBI, William diketahui pernah mengajar berbagai mata pelajaran di sekolah yang ada di sembilan negara. Salah satunya, Jakarta International School (JIS) yang terletak di kawasan elit Pondok Indah, Jakarta Selatan. Bahkan, FBI menambahkan, William sempat menjadi pembina basket murid laki-laki di beberapa sekolah yang pernah diajar olehnya.

Berikut daftar sekolah-sekolah tempat William mengajar:

  • Passargad School di Ahwaz, Iran (1976-1978)
  • American Community School di Athena, Yunani (1978-1980)
  • Saudi Aramco School di Dhahran, Saudi Arabia (1980-1992)
  • Jakarta International School di Jakarta, Indonesia (1992-2002)
  • Escuela Campo Alegre di Caracas, Venezuela (2002-2009)
  • Southbank International School di London, Inggris (2009-2013)
  • Amerika Nikaragua School di Managua, Nikaragua (2013-2014)


FBI juga meminta pada Anda, siapa pun yang mengetahui tentang William atau mungkin pernah menjadi korbannya, silahkan melapor ke HOvictimassistance@ic.fbi.gov atau dapat menghubungi kantor FBI atau Kedutaan Besar Amerika Serikat terdekat.

Seperti diketahui, seorang pedofilia biasanya memiliki minat seksual primer terhadap anak-anak praremaja. Tapi tak semua pedofil menganiaya anak dan sebaliknya. Ini artinya, tak setiap pedofil bertindak karena dorongan hatinya. Dan kebanyakan orang melakukan pelecehan seksual terhadap anak-anak tidak secara ekslusif atau terutama tertarik secara seksual kepada korbannya.

Psikolog Glenn Wilson yang merupakan penulis  The Child-Lovers: a Study of Paedophiles in Society berpendapat, mayoritas pedofil terlihat lembut dan rasional. Bahkan sebanyak 1-2 persen pedofilia merupakan sosok yang diterima secara luas.

Dikutip dari Psychology Today, Profesor Emeritus Psikiatri dan Mantan Psikiatri dari University of Tennesessee Health Science, David M. Allen, MD mengatakan, pedofilia didefinisikan sebagai fantasi atau aktivitas seksual yang lebih senang dilakukan ke anak-anak usia kecil sampai remaja.

Selain itu, orang-orang yang memiliki kelainan ini, disebut David sebagai sosok yang sering menipu diri sendiri terhadap tindakan yang dilakukannya pada anak-anak. Jenis kegiatannya beragam, mulai hanya senang melihat anak laki-laki dari kejauhan, menyentuh meski tidak seluruh tubuh, membuka bajunya, sampai melibatkan anak-anak itu dengan seks oral atau menyentuh kelamin korban.

Menurut David, anak-anak yang sering tidak diperhatikan, kesepian, atau kurang kasih sayang, berisiko besar menjadi korban.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini