Sukses

Pasien Hipertensi Perlu Kontrol Rutin ke Dokter

Liputan6.com, Jakarta Bagi pasien hipertensi sangat dianjurkan untuk rutin melakukan kontrol ke dokter. Hanya saja, ada sebagian pasien yang justru melakukan kontrol secara mandiri dan tidak pernah ke dokter sama sekali. Lantas, apakah ini berisiko?

Dokter Penyakit Dalam Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Dr. M. Ikhsan Mokoagow, SpPD, M.Med.Sci mengatakan, selama pasien patuh obat, terkontrol, dan semua tercatat dengan baik, maka itu tidak akan menjadi suatu masalah. Tapi, ada baiknya setiap tiga sampai enam bulan, atau paling lambat selama setahun, harus melakukan pemeriksaan ulang.

"Siapa yang tahu efek samping obat, kalau tidak melakukan pemeriksaan laboratorium? Misal, orang dengan hipertensi pada suatu saat ada gangguan ginjal. Kalau tidak diperiksa laboratorium, kita tidak akan pernah tahu," kata Ikhsan dalam acara 'Kepatuhan Pengobatan Faktor Penting Keberhasilan Penanganan Penyakit Kronis' di Sere Manis, Jakarta, Selasa (15/5/2014)

Ikhsan menambahkan, di sinilah peran dokter dan pasien saling bermitra. Sebab, ada pasien yang mengalami bengkak, tapi menganggap itu biasa saja. Padahal, apa yang dialaminya adalah efek samping dari obat yang dikonsumsi. Bila dokter tidak memberitahu dan pasien masih melanjutkan, maka akan berisiko di pasien itu sendiri.

Dalam penggunaan obat, pasien juga harus mengetahui rejima dari obat itu sendiri. Ketercocokan pasien terhadap rejima obat, tergantung masing-masing individu. Tidak semua obat yang cocok di tubuh pasien A, akan cocok juga pada tubuh pasien B, C, dan D.

"Rejima obat itu tergantung individual. Semua tergantung dari pasien itu sendiri. Tidak semua cocok. Maka itu, ada baiknya untuk mengonsultasikan kondisi ke dokter," kata Ikhsan menerangkan.

Dalam kesempatan itu, Ikhsan juga menjelaskan terkait kebiasaan pasien hipertensi yang mengalami susah tidur, ketika tekanan darah meninggi. Menurut dia, banyak faktor untuk mengetahui penyebab pasien tidak bisa tidur. Belum tentu, hipertensi yang dideritanya menjadi penyebab utama.

"Barangkali si pasien minum minuman berkafein di malam hari, akibatnya susah tidur. Bisa juga ketika tidur, televisi dalam keadaan menyala yang membuat pasien bangun lagi. Ini semua harus dievaluasi. Kalau tensi terkendali, maka tidak akan terjadi," kata Ikhsan menjelaskan.

Ikhsan berpesan pada para pasien untuk tidak mengaitkan sesuatu dengan apa yang dialami saat itu. Perlu pemeriksaan lebih lanjut, untuk benar-benar dapat itulah penyebab utamanya.

"Belum tentu karena hipertensi si pasien tidak bisa tidur. Bisa jadi ketika hipertensi tidak terkontrol dan dia tidak bisa tidur karena sebab lain, tensinya meninggi. Banyak keterikatan untuk masalah seperti ini," kata Ikhsan menekankan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini