Sukses

Lilis Panik Saat Anaknya Demam Tinggi Hingga Tiga Hari

Lilis Fitrina masih ingat betapa paniknya ketika anak semata wayangnya, Davino (4), mengalami panas tinggi selama tiga hari.

Liputan6.com, Jakarta Lilis Fitrina masih ingat betapa paniknya ketika anak semata wayangnya, Davino (4), mengalami panas tinggi selama tiga hari.

Awalnya, dia mengira Davino hanya mengalami demam biasa. Lilis yang bekerja di pabrik sepatu itu, tidak ambil pusing dan hanya mengompres kepala anaknya.

"Dua hari tidak turun-turun. Pas saya lihat tangannya, ada terdapat bintik merah. Saya langsung panik," kata dia yang ditemui di kediamannya yang berada di Cikupa, Tangerang, Banten, akhir pekan lalu.

Dia langsung membawa Davino ke rumah sakit terdekat. Selang satu jam kemudian, pihak rumah sakit mengambil sampel darah anaknya itu untuk diperiksa.

"Hasilnya positif terkena demam berdarah dengue (DBD)," ujar dia.

Davino mendapat perawatan selama lebih kurang satu pekan. Lilis tak habis pikir, dari mana asalnya nyamuk tersebut. Pasalnya, di lingkungannya tidak ada seorang pun yang terkena DBD.

Setelah ditelusuri, ternyata drum plastik yang biasa digunakan untuk menampung air hujan menjadi sarang jentik nyamuk. Drum itu dibiarkan terbuka tepat di samping kamar tidur.

"Drum plastik itu menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk," jelas dia. Dia mengaku lalai dan tidak menutup tempat penampungan air itu.

Lain lagi cerita, Tri Wahyuni (30), yang harus rela kepergian putri bungsunya. Anaknya, Khansa, meninggal akibat DBD.

Sama seperti Lilis, Tri menganggap demam yang menyerang anaknya hanyalah demam biasa. Khansa meninggal tepat pada hari kelima sejak terserang sakit.

Tri menceritakan tepat di samping rumahnya terdapat tumpukan limbah kain. Limbah itu sebenarnya akan diolah kembali oleh pemiliknya. Tapi sebelum diolah, biasanya ditumpuk hingga berminggu-minggu.

"Tumpukan limbah itu yang menjadi sarang nyamuk aedes aegypti," kata Tri.

Sementara itu, Rahmat (50) mengatakan DBD menyerang dirinya dan keluarganya pada Februari lalu. Rahmat terserang bersama istri beserta kakak ipar dan adik ipar.

Rahmat awalnya mengalami gejala demam, demam panas, dan badang pegal-pegal. Setelah dicek, ternyata Rahmat positif terkena DBD. Tak lama, dua iparnya dan istrinya juga posiif terserang DBD.

Cikupa Rawan DBD

Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, Ni Wayan Manik Kusmayoni mengatakan Kecamatan Cikupa merupakan salah satu dari daerah rawan DBD.

Selain Kecamatan Cikupa, enam kecamatan lainnya juga termasuk rawan DBD yakni Tigaraksa, Pasar Kemis, Kelapa Dua, Sepatan, Panongan dan Sukadiri.Manik menambahkan tujuh kecamatan tersebut merupakan daerah padat penduduk.

"Tingkat kesadaran masyarakat untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk masih kurang," keluh Manik.

Dinkes Tangerang, sambung Manik, berupaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pemberantasan nyamuk. Dibanding dengan pengasapan, pencegahan lebih baik.

"Pengasapan juga membuat nyamuk menjadi tahan dengan zat kimia. Pengasapan juga tidak baik untuk kesehatan warga."

Masyarakat harus mewaspadai berbagai tempat perkembangbiakan nyamuk seperti di luar rumah seperti tangki penampungan air, kaleng-kaleng bekas, botol-botol bekas, vas bunga, tempat minum burung, dan barang bekas lainnya.

Manik mengatakan sebaiknya barang-barang bekas yang bisa menjadi tempat perkembangan jentik-jentik nyamuk dibuang atau dikubur. Agar jentik-jentik nyamuk tersebut tidak berkembang di barang-barang bekas menjadi nyamuk aedes aegypti.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, jumlah warga yang positif menderita DBD sepanjang Januari dan Februari 2014 mencapai 74 orang.

Jika dibandingkan dengan kasus DBD pada periode yang sama pada 2013, jumlah penderita mengalami penurunan. Jumlah penderita DBD pada Januari hingga Februari 2013 mencapai 104 kasus.

Kaki gajah

Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Jakarta Raya (PAPDI JAYA) Dr dr H Ari Fahrial Syam mengatakan penyakit yang diakibatkan oleh nyamuk cukup banyak.

"Meski kecil, tetapi penyakit yang diakibatkan gigitan nyamuk cukup banyak dan mengancam nyawa manusia," kata dokter Ari.

Selain DBD yang disebabkan gigitan Aedes aegepti, gigitan nyamuk itu juga mengakibatkan Chikungunya. Nyamuk Anopheles mengakibatkan malaria.

"Lalu ada filariasis atau penyakit kaki gajah yang disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk seperti Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes dan Armigeres," jelas Ari.

Penyakit kaki gajah, bersifat menahun dan harus segera mendapat pengobatan.

Selanjutnya, ada Japanese Enchephalitis yang juga ditularkan nyamuk Culex tritaeniorhynchus.

Ari menjelaskan tempat yang disukai nyamuk untuk bertelur adalah rawa-rawa dan genangan air. Nyamuk juga menyukai kamar yang lembab dan pakaian kotor.

"Oleh karena itu perlu dilakukan pemberantasan melalui kegiatan 3M," imbuh dia.

Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan Prof dr Tjandra Yoga Aditama SpP(K) MARS DTM&H DTCE menyebutkan DBD merupakan salah satu penyakit yang perlu diwaspadai ketika musim hujan tiba.

Bertambahnya tempat pengembangbiakan nyamuk pada musim hujan, terutama genangan, menjadi penyebab penyakit itu perlu diwaspadai.

"Meningkatnya populasi nyamuk sebagai penular penyakit, maka risiko terjadinya penularan juga semakin meningkat," Tjandra.

Untuk itu, Tjandra meminta masyarakat untuk berpartisipasi melakukan gerakan 3M yakni mengubur kaleng-kaleng bekas, menguras tempat penampungan air, dan menutup tempat penyimpanan air dengan rapat.

"Kemudian ditambah dengan pemberantasan perindukan nyamuk, dan perlindungan diri menggunakan kelambu berinsektisida serta losion anti nyamuk untuk mencegah penyebaran penyakit tular vektor," terang Dirjen.

Manajer Program Penyakit Tropis WHO Indonesia Anand Joshi menyebutkan nyamuk merupakan ancaman bagi populasi 1,5 miliar manusia di kawasan Asia Tenggara.

"Setiap tahunnya, terdapat ribuan orang yang meninggal karena penyakit yang disebabkan nyamuk," kata Anand.

Penyakit tersebut juga telah menyebar tidak hanya di perkotaan tetapi juga sudah mencapai pedesaan.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan jumlah penderita DBD pada 2013 mencapai 45,85 orang per 100.000 penduduk dengan tingkat kematian 0,77 persen. Sementara jumlah penderita malaria pada 2013, kasus malaria (2013) mencapai 1,38 orang per 1.000 penduduk.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.