Sukses

Meski Talasemia, Semangatku untuk Lulus Kuliah Tetap Menyala

Ada satu keinginan terbesar di hati remaja yang menderita penyakit yang harus dijalaninya seumur hidup ini, yakni membuat orangtuanya bangga

Liputan6.com, Jakarta Ada satu keinginan terbesar di hati remaja yang menderita penyakit yang harus dijalaninya seumur hidup ini, yakni membuat orangtuanya bangga.

Reza Noorfatah nama remaja kelahiran 13 November 1989 ini. Sejak usia 12 tahun dia sudah divonis mengidap talasemia, penyakit yang disebabkan karena gangguan produksi hemoglobin dan biasanya menurun.

"Saya sadar penyakit ini akan terus ada sepanjang hidup, kata dokter belum ada obatnya. Tetapi keinginan saya hanya satu yakni bisa menjadi kebanggaan orangtua. Mereka yang membuat saya bertahan, mereka terlalu banyak berkorban untuk saya," kata Reza yang ditemui di rumahnya kawasan Condet, Jakarta, ditulis Selasa (7/4/2014).

Puluhan tahun Reza menjalani pengobatan rutin seperti mengonsumsi obat setiap hari serta transfusi darah satu bulan sekali.

Lelah dan bosan tentu saja pernah hinggap di hati remaja yang berstatus mahasiswa tingkat akhir di Universitas Gunadarma ini. Namun Tuhan dan orangtua tak henti membuatnya terus bersemangat mengejar cita-cita.

"Bosan dan lelah pernah, kok begini terus yah. Sampai kapan harus terus minum obat dan transfusi darah, itu biayanya mahal. Tapi kalau hanya mengeluh ya tidak ada solusi, let it flow sajalah," kata Reza.

Semangat hidup Reza yang tinggi dibuktikan dengan keinginannya untuk cepat lulus dan menyandang title sarjana Manajemen Sistem Informasi (IT).

"Saya mau cepat lulus supaya ada yang bisa dibanggakan dari saya, walaupun saya berbeda dengan orang normal lainnya. Saya akan terus berusaha membuat orangtua saya bangga," kata pecinta Arsenal ini.

Menurut sang Ayah, Setiyono (54) anak pertamanya memang memiliki keinginan dan semangat yang kuat. "Dia (Reza) memang semangatnya tinggi sekali. Kami memperlakukannya sama dengan anak normal lainnya. Anak pertama saya itu sudah membuat bangga. Dia dan anak ketiga saya yang juga talasemia adalah anak-anak hebat. Mereka anak terpilih Tuhan sampai diberikan cobaaan seperti itu," kata Setiyono bangga.

Terselip rasa khawatir

Meski gairah tetap nmenyala, rasa takut dan khawatir tetap saja terselip di hatinya. Bukan tidak mungkin, ada perusahaan yang tidak mau menerimanya sebagai pekerjanya.

"Saya optimis lulus, tapi saya takut tidak ada yang menerima saya bekerja. Saya memang tidak bisa sembuh tetapi saya mau berusaha semaksimal mungkin," kata Reza.

Ketakutan serupa juga dirasakan sang Ayah, Setiyono yang juga khawatir dengan masa depan Reza. "Itu dia perusahaan sekarang sepertinya membatasi ruang gerak orang-orang seperti Reza. Intelegensi Reza itu bagus, dia bisa bekerja tetapi perusahaan sepertinya takut rugi bila mempekerjakannya," kata Setiyono.

Setiyono berharap ada kesempatan untuk anaknya mengabdikan diri di dunia kerja. "Kalau sudah dibatasi begitu, nasib mereka bagaimana? Saya berharap ada kesempatan untuk Reza, dia mampu bekerja," kata Setiyono yang tidak dapat menahan rasa sedihnya.

Air matanya menetes dari balik kacamatanya. Sesekali Setiyono menyekanya dengan tangan. Sang ibu, Sri Iriai yang berada di samping Reza pun menjerit penuh haru.

"Melihat ibu yang hanya terbaring di temoat tidur selama 7 tahun membuat saya semakin semangat untuk mendapatkan pekerjaan. Kedua orangtua saya sudah bersusah payah mempertahankan hidup saya. Saya hanya ingin banggakan mereka," harap kakak dari Fahrial dan Fajar ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini