Sukses

Jangan Sembarangan Minum Obat Campuran Herbal dan Kimia!

Tidak semua obat kimia sintetik cocok bila dikombinasi dengan obat herbal. Jangan sembarangan memadukannya

Liputan6.com, Jakarta Demi mempercepat penyembuhan, tak jarang kita menggabungkan pemakaian obat entah dua-duanya obat berbahan kimia sintentik atau herbal, atau obat berbahan kimia sintetik digabung dengan obat herbal. Parahnya, tidak semua obat kimia sintetik cocok bila dikombinasi dengan obat herbal.

Demikian disampaikan Kepala Poliklinik Komplementer Alternatif RSU dr. Soetomo, Surabaya, dr. Arijanto Jonosewoyo, Sp. PD dalam acara 'The 1st Health Natural Wellnes Symposium' di Hotel Ritz-Carlton, Kuningan, Jakarta, Sabtu (5/4/2014)

"Misalnya saja, ada orang beranggapan bahwa mengonsumsi statin bersamaan dengan obat herbal hasilnya lebih bagus. Tapi, penelitian tidak menyebutkan hal itu," ujar Arijanto menjelaskan.

Arijanto mengatakan, penelitian menunjukan, konsumsi obat herbal secara bersamaan dengan statin menghasilkan efek yang buruk.

"Justru hasilnya akan lebih baik, jika obat herbal tidak dikonsumsi secara bersamaan dengan statin," katanya menambahkan.

Mengapa demikian? Karena, di dalam obat herbal, ada tanin yang mengikat zat aktif dari obat-obat statin tersebut, sehingga tidak akan bekerja maksimal.

Maka itu, untuk menyiasatinya, Arijanto menganjurkan, konsumsi obat herbal di pagi hari dan statin di malam hari. Ini dilakukan, agar keduanya tidak saling bertemu. Demikian juga bila digabungkan dengan segelas jus.

Contoh lain, misalnya pada kasus hipertensi. Disarankan agar tidak mengonsumsi amlodipine bersamaan dengan jus jeruk, apel, dan anggur. Demikian juga dengan obat penurun kolesterol seperti statin. Jangan dikombinasi dengan makanan atau obat lain.

"Karena, obat-obatan dan jus ini akan bekerja di reseptor yang sama, sehingga khasiat dari keduanya tidak akan didapat," kata Arijanto.

Kalau hendak menggunakan bahan alami untuk mengatasi hipertensi seperti misalnya memanfaatkan buah belimbing yang dibuat jus, perhatian satu hal. Tidak semua pasien darah tinggi boleh mengonsumsi. Harus dilihat dulu jenis darah tinggi yang diderita si pasien.

"Kalau darah tingginya tergolong primer, itu tidak akan menjadi masalah. Tapi, kalau darah tinggi tergolong sekunder, justru akan memperberat kerusakan ginjal," kata Arijanto menerangkan.

Darah tinggi sekunder adalah menaiknya tekanan darah secara tidak normal akibat adanya penyakit lain, yaitu gangguan ginjal.

Maka itu, saat pasien memutuskan untuk menggunakan obat herbal, ada baiknya menanyakannya dulu kepada dokter. Karena dokter akan memberitahu, apa saja jenis obat herbal yang cocok dikonsumsi oleh si pasien.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini