Sukses

Rupanya Kasus Bully Sudah Ada Sejak di Pendidikan Usia Dini

Siapa sangka bahwa hal ini telah ada bahkan di tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Liputan6.com, Jakarta Bullying atau tindakan menyakiti orang lain demi kepentingan diri sendiri sudah lama dikenal di Indonesia. Biasanya korbannya anak kecil oleh orang dewasa. Namun, siapa sangka bahwa ini telah adabahkan di tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Demikian disampaikan langsung oleh Sekretaris Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Maria Advianti saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (25/3/2014).

"KPAI bahkan pernah menerima laporan, salah satu anak playgrup ada yang pernah menerima perilaku kekerasan dari temannya. Setelah kami coba selidiki orangtuanya, ternayta ini ada kaitannya dengan sikap orangtuanya yang marah tanpa sebab di rumahnya," kata Maria.

Maria mengatakan, pada anak yang memiliki sifat meniru, ketika Ia tidak dijelaskan sikap mana pada dirinya yang salah anak hanya bisa menyontohkannya. Dan membawa dampaknya ke sekolah.

"Anak hanya bisa imitasi sehingga ketika perilaku salah yang dicontohkan kdua orangtuanya dibawa ke sekolah, secara lingkungan mereka belum bisa mengimitasi lebih luas sehingga dampaknya, Ia akan bersikap buruk dengan membawa masalahnya ke lingkungan sekolah," ujar Maria.

Maria menyontohkan, pernah ada laporan ke KPAI bahwa ada anak Taman Kanak-kanak (TK) yang suka menghasut teman lainnya saat dia menganggap tidak cocok. "Dia menghasut teman lainnya supaya tidak lagi berteman dengan teman yang tidak Ia sukai. Setelah kami cek, orangtuanya ternyata mendidiknya penuh dengan kekerasan seperti membentak, memukul dan say kira itu akhirnya jadi kebiasaan anak yang dilakukan di sekolah," jelasnya.

Yang parah, lanjut Maria, ketika anak-anak yang masih balita tidak bisa membela diri. "Pada dasarnya anak nggak akan bilang kalau dia dibully. Tapi ketika dia dibully secara fisik, tentu orangtuanya melapor. Tapi yang parah adalah ketika si anak di bully secara psikis karena nggak ketahuan, dan bisa jadi anak yang pendendam karena nggak bisa cari jalan keluar," tegasnya.

Maria menambahkan, mungkin kasus bullying di Indonesia tidak sekstrem di luar negeri karena budaya yang kuat. Tapi tetap saja, memberikan pemahaman ke anak tentang tindak kekerasan perlu disikapi. Caranya, misalnya dengan mengawasi anak saat menonton televisi atau berkomunikasi dengan guru di sekolah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini