Sukses

Diduga Malas Mandi, Pria Ini Harus Derita Kusta

Amir curiga, karena malas mandi, ia pun terkena kusta.

Liputan6.com, Jakarta Tak menyangka, kaget, cemas dan takut, semua perasaan tersebut dialami oleh pria ini setelah ia didiagnosis kusta oleh dokter. Menurutnya, sah saja memiliki perasaan seperti itu sebagai manusia. Tapi menderita kusta bukan berarti ia tak bisa sembuh dan menjadi jauh dari agama.

Sejak 2007, Amir Al-Rafati (34) mengaku memiliki bercak putih kecil seperti panu yang muncul di paha bagian kirinya. "Seperti panu, tidak berasa apa pun, tidak perih, tidak gatal dan menganggu. Tapi lambat laun bercak tersebut terus membesar," kata Amir pada wartawan saat temu media jelang Hari Kusta Sedunia di Kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta, ditulis Jumat (21/3/2014).

Karena bulatan tersebut semakin besar dan mulai menganggu, Amir mengatakan tahun 2009, kerabatnya yang kebetulan dokter memintanya konsultasi dan memeriksakan kesehatannya.

"Ada teman yang sarankan periksa dan saya akhirnya ke Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta. Saat itu, dokter mengatakan saya positif kusta," ujar pria yang memiliki anak perempuan ini.

Amir pun mengaku sedih waktu itu. Karena yang ada di benaknya, penderita kusta itu akan semakin parah dan yang paling ia khawatirkan adalah sifat penyakit ini yang bisa menular. Ditambah lagi, Amir baru saja menikah.

"Setiap orang pasti sedih dengar kabar memiliki penyakit. Begitupun saya. Pikiran kalut muncul. Saya beritahu istri dan bilang saya positif kusta. Alhamdulillah, istri mendukung untuk menghapus pikiran buruk dan kami mulai berserah diri," terang warga Cipinang, Muara tersebut.

Obat Gratis

Sejak saat itu, Amir mengaku terus pergi memeriksakan dirinya ke puskesmas karena menurut dokter ada obat gratis yang bisa diambil disana.

"Karena saya menderita kusta basah atau MB (Multi Basiler-Kuman banyak) maka saya diminta untuk minum obat Multi Drug Theraphy (MDT). Selama satu tahun saya minum obat itu, setelah periksa kembali ternyata saya telah sembuh. Dan alhamdulillah keluarga saya juga tidak ada yang terjangkit kusta," kata Amir.

Meski begitu, Amir yang baru keluar dari pekerjaannya sebagai kurir dan kini menjadi pekerja serabutan di Puskesmas Jatinegara, merasa tetap harus menjaga kesehatannya dengan selalu memerhatikan kebersihan.

"Sekarang saya selalu mengajarkan hidup bersih pada anak. Seperti misalnya pentingnya cuci tangan dan mandi," ujar Amir.

Malas Mandi

Ini yang menarik. Ketika Health-Liputan6.com menanyai kebiasaan Amir dulu seperti apa, Ia mengaku sejak dulu malas mandi. Ia pun berpikir kalau mungkin kuman kusta (Mycobacterium Leprae) yang menyerang kulit, saraf tepi dan jaringan tubuhnya adalah akibat ia jarang mandi.

"Mungkin dulu saya malas mandi, jadi kurang bersih dan ketika daya tahan tubuh saya jelek, saya jadi kena kusta," ujarnya sambil tersenyum malu.

Seperti diketahui, data Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa di Indonesia saat ini masih ada 14 provinsi yang menjadi beban kusta yang tinggi. Penemuan tersebut menunjukkan, angka penemuan kasus baru lebih sama dengan 10 per 100.000 penduduk atau lebih dari 1.000 kasus per tahun.

Penderita kusta sendiri wajar bila tidak merasa sakit apapun. Karena pada tahap awal, gejala kusta hanya berupa bercak atau kelainan kulit seperti panu (bercak putih) atau kurap (bercak kemerahan) yang tidak gatal dan sakit. Namun bila diperhatikan, bercak ini biasanya kurang rasa (hipoestesi) atau hilang rasa sama sekali (anestesi).

Pada keadaan lanjut, bila tidak terdiagnosis dan diobati secara dini maka penyakit ini akan menimbulkan kecacatan tetap. Sementara untuk pengobatan, obat kusta terbagi dua. Untuk kusta kering atau Pausi Basiler (kuman sedikit), akan diberikan obat kombinasi atau Multi Drug Theraphy (MDT) yang terdiri dari Rifampisin dan Dapson dan harus diminum sebanyak 6 blister.

Sedangkan untuk jenis kusta basah seperti Amir, MDT terdiri dari Rifampisin, Dapson dan Klofazimin yang harus diminum sebanyak 12 blister.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.